Subscribe to Zinmag Tribune
Subscribe to Zinmag Tribune
Subscribe to Zinmag Tribune by mail
Oleh : Abu Fikri*)

Mungkin sewaktu membaca Al-Qur'an, kita sering mendapatkan ayat yang menyebutkan kata sama’ (pendengaran) dan bashar (penglihatan), tapi kita belum menyadari banyak, apa rahasia diawalkan kata “pendengaran” atas “penglihatan”. Mengapa demikian? Untuk menjawabnya, kita simak hal-hal sebagai berikut:
1.Karena pendengaran sebagai pengemban tugas perdana di dunia. Maksudnya, bila ada satu anak Adam lahir ke dunia, maka pendengaran adalah unsur pertama yang berfungsi dalam menjalankan tugasnya. Jadi bukan penglihatannya. Sebab terhadap bayi yang baru lahir, bila kepadanya kita dengarkan suara yang bising, keras dan berisik, kenyamanan bayi tadi akan terganggu, akibatnya dia menangis. Hal ini berlainan apabila kita dekatkan tangan kita di depan matanya, mata bayi tersebut tidak berkedip dan tidak merasa adanya bahaya. Pendengaran, bisa juga disebut sebagai piranti perespon panggilan di akhirat kelak, karena pendengaran tidak pernah tidur selamanya.
2.Jika manusia dalam keadaan tidur, maka keadaan semua jadi lelap, kecuali pendengaran. Pada hakekatnya bila anda ingin membangunkan orang yang tidur, anda tidak bisa membangunkannya, dengan cara mendekatkan tangan Anda ke dekat matanya, sekalipun. Karena dia tidak akan merasakannya. Akan tetapi bila Anda menyerukan suara bising di dekat telinganya, dia akan bangun seketika.
3.Bahwasanya telinga merupakan sarana al-shilah atau penghubung antara manusia dan dunia. Kembali sejenak ke satu kisah Ashabul Kahfi, bahwasanya Allah swt. sewaktu menghendaki para penghuni Gua Kahfi tidur panjang selama 309 tahun, maka istilah yang dipakai oleh Allah adalah: فضربنا على آذانهم في الكهف سنين عدداً “maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun (309 tahun) dalam gua itu” (al-Kahfi :11). Di sini Allah memakai istilah kata "tutup". Dalam arti lain, Allah mendisfungsikan telinga mereka. Dengan demikian mereka bisa tidur nyenyak karena alat penghubung mereka dengan dunia telah ditutup.
Selanjutnya, coba kita cermati lagi, kata al-sama' selalu termaktub dalam bentuk mufrad (tunggal). Berlainan dengan kata al-bashar yang selalu tertulis dalam bentuk jama' (plural), sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an, di surat Fushilat ayat: 22,
و ما كنتم تستترون أن يشهد عليكم سمعكم و لا أبصاركم
(Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran dan penglihatanmu).
Pertanyaannya kemudian, mengapa demikian? Secara akal, bisa saja Allah dalam firman-Nya mengatakan: “Asmaa'akum (pendengaran-pendengaranmu), wa abshaarakum (penglihatan-penglihatanmu)". Akan tetapi Allah tidak menggunakan ungkapan tersebut. Nah, disinilah Allah ingin menguakkan tabir buat kita akan satu kedetailan Al-Qur'an dalam kedalaman ma'nanya. Penglihatan dengan sensitifitasnya menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang dikehendaki manusia. Apakah dia ingin melihat atau tidak. Bila dia tak menghendaki untuk melihat sesuatu dia bisa memejamkan mata atau dengan memutar arahkan mukanya, sekedar untuk tidak mau melihat apa yang tidak dia sukai. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan fungsi pendengaran. Kita ambil contoh, misalnya anda berada dalam satu kamar bercakap-cakap dengan 10 orang maka suara mereka akan sampai di pendengaran anda baik anda mau atau tidak mau mendengarkannya. Baik penglihatan anda melihat kepada orang yang berbicara tsb. atau tidak atau bahkan memejamkannya sekalipun, maka pendengaran tidak bisa menolak untuk mau mendengar atau tidak mendengar atau sekalipun anda berpura-pura untuk tidak mau mendengar, maka anda tetap akan mendengarkannya.
Pada kenyataannya, penglihatan punya sifat ta'addud (plural), seperti saya melihat ini, Anda melihat itu, dan dia melihat apa yang diinginkannya. Seseorang yang memejamkan penglihatannya tidak akan melihat sesuatu, berarti mata tidak bisa menjalankan fungsinya. Akan tetapi pendengaran, selama kita berdiam dalam satu tempat, maka kita semua akan seragam dalam mendengarkan sesuatu. Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa adanya kevariasian fungsi dalam “penglihatan” dan kesamaan fungsi dalam “pendengaran”. Maksudnya, setiap kita punya mata (penglihatan) bisa kita pergunakan untuk melihat macam-macam dari apa yang ingin kita kehendaki. Akan tetapi kita semua punya keseragaman dalam pendengaran dari satu hal yang kita dengar, baik yang kita kehendaki atau yang tidak kita kehendaki. Makanya, ungkapan yang pas untuk fungsi penglihatan adalah abshar (dalam bentuk jama’) dan fungsi pendengaran dengan sama' (dalam bentuk tunggal).
Sampai di sini, kita dapat mencapai satu kesimpulan bahwa “posisi” telinga (pendengaran) lebih afdlol dari mata (penglihatan). Menilik dari kelebihan yang dimilikinya, telinga (pendengaran) memiliki keistimewaan sebagai berikut ;
a. Pendengaran dapat bekerja dan tidak pernah tidur selama 24 jam. Sedang ciptan Allah yang tidak tidur lebih baik kedudukan dan fungsinya dari yang tidur.
b. Pendengaran langsung berfungsi semenjak detik diciptakannya. Sementara anggota badan yang lain ada yang butuh beberapa hari, bulan atau terkadang beberapa tahun untuk aktif berfungsi.
c. Mata (penglihatan) membutuhkan cahaya atau penerangan untuk bisa melihat, sedang dalam keadaan gelap mata tidak bisa melihat. Berbeda dengan telinga (pendengaran), ia bisa menjalankan fungsinya, baik disiang hari atau malam hari, dikegelapan atau terang, dalam keadaan terjaga atau tidur, dan dalam berbagai cuaca dan suasana, serta dimana dan kapan saja.
d. Pendengaran berfungsi sebagai alat informasi. Saya kira untuk fungsi yang terahir ini (informasi) sangat penting. Karena bila terjadi misinformation terhadap diri seseorang, jelas ini akan mempengaruhi perjalanan hidupnya. Makanya, setelah bayi lahir, kita kumandangkan adzan di telinga bayi
tersebut. Dengan harapan, supaya terpancang dan terukir kalimat tauhid didalam dirinya, sehingga kelak menjadi muslim yang taat dan tangguh. Dengan informasi pula, manusia bisa menumbuh kembangkan "tsaqofah”-nya untuk menggapai kehidupannya yang lebih baik dan berkualitas. Wallaahu a’lam bisshawab.
*Alumnus LIPIA Jakarta
You can leave a response, or trackback from your own site.

1 Response to "Kenapa didalam al-Qur’an, kata al-Sama' didahulukan atas al-Bashar ?"

  1. Unknown Said,

    mantap....

    Posted on 18 October 2017 at 22:13

     

Post a Comment