Subscribe to Zinmag Tribune
Subscribe to Zinmag Tribune
Subscribe to Zinmag Tribune by mail
Oleh : Abu Abidah*)

Seorang penyelundup yang sedang buron pergi menemui seorang bijak dan memintanya menyembunyikan barang-barang terlarang yang ada di dalam rumahnya. Ia yakin berkat kesalehan orang bijak itu, tak seorangpun akan mencurigainya.
Orang bijak itu menolak dan meminta penyelundup itu segera keluar dari rumahnya. “Saya akan memberikan 100 ribu reyal untuk kebaikan Anda”, kata si penyelundup. Orang bijak itu agak ragu-ragu sebelum akhirnya mengatakan ''tidak''.
“200 ribu”, orang bijak itu tetap menolak. “500 ribu”, dengan sigap orang bijak itu mengambil tongkat dan berteriak; “Keluar sekarang juga! Kamu sudah sangat dekat dengan harga saya”.
Sebuah kesadaran yang tepat waktu! Orang bijak itu sadar, begitu dirinya tergoda. Kesadaran ini sangat penting. Banyak orang yang tak sadar bahwa dirinya sedang tergoda. Mereka baru sadar setelah segalanya telah terjadi. Kurangnya latihan seringkali menyebabkan kesadaran datang terlambat.
Namun, ada lagi jenis kesadaran yang lebih tinggi tingkatnya daripada ini. Inilah kesadaran yang muncul sebelum peristiwa apapun terjadi. Anda sadar sepenuhnya akan keberadaan Anda, akan posisi, dan kekuasaan yang Anda miliki. Anda sadar sepenuhnya bahwa kedudukan dan jabatan Anda (apapun jabatannya) sangat rawan terhadap godaan
Semua jabatan memang rawan godaan. Karena itu Anda harus waspada dan sadar sepenuhnya terhadap segala bentuk godaan ini. Seorang pejabat pemerintah --terutama pemegang posisi strategis-- akan selalu digoda oleh para pengusaha yang ingin berbisnis. Para penegak hukum akan selalu digoda oleh para pelanggar hukum. Begitu juga dengan anggota legislatif, anggota KPU, anggota Komisi Pemberantasan Korupsi, dan semua jabatan publik yang bertugas melayani masyarakat umum, tak terkecuali pegawai KBRI (di negara manapun berada), dan pegawai kantor lainnya --termasuk kantor yang mengurusi masalah TKI, PJTKI atau maktab istiqdam, misalnya, mereka harus sadar terhadap “politik uang” yang selalu mengintai setiap saat
Tak memiliki kedudukan formal pun bukan berarti bebas dari incaran politik uang. Para ilmuwan, cendekiawan, dan pengamat termasuk dalam kategori ini. Banyak pengamat yang dapat dibeli untuk kepentingan orang-orang tertentu. Mereka mau mempertaruhkan kecendekiawanannya demi pesan sponsor yang membiayai “proyek intelektualitasnya”. Contoh lain dalam skala kecil, sebagian dari TKI kita (terutama sopir perumahan), sekalipun selalu dihantui perasaan cemas --karena khawatir tertangkap pihak berwajib, tidak sedikit dari mereka yang nekad coba-coba “bisnis” TKW kaburan. Padahal mereka tahu akibat buruk yang akan mereka tanggung bila suatu hari tertangkap. Kenapa meraka bertindak senekad itu. Semuanya bermuara pada satu kata kunci: uang!
Seorang bijak, Sophocles, pernah mengingatkan kita, “Tak ada satu hal pun di dunia ini yang paling meruntuhkan moral selain uang”. Memang benar, uang adalah alat penggoda terbesar di dunia. Bahkan berbeda dengan jenis penggoda lainnya seperti wanita dan tahta, tidak ada satupun orang di dunia yang tidak membutuhkan uang. Kita semua sibuk mencari uang agar dapat hidup dengan layak. Bahkan para TKI --termasuk yang bergelar sarjana-- rela meninggalkan negerinya, meninggalkan kampung halamannya (padahal sangat mungkin masyarakat di kampungnya sangat membutuhkan kiprah “kesarjanaannya”), dan para TKI bulok (bujang local) pun rela meninggalkan anak dan istri yang dicintainya, demi mengejar uang (real).
Nah, karena kita memang mencarinya, sangat wajar kalau kita tergoda ketika ada orang yang menawarkan benda tersebut kepada kita.
Godaan terbesar uang adalah merubah pandangan hidup kita dari “memiliki” menjadi “dimiliki”. Kita memang perlu memiliki uang untuk menjalani hidup, tapi uang hanya berfungsi sebagai alat. Padahal, kitalah yang seharusnya menjadi tuannya. Celakanya, posisi ini seringkali bertukar karena godaan yang ditawarkan uang sangat kuat. Akhirnya kitalah yang “dimiliki” oleh uang. Tanda-tanda penyakit ini adalah kalau Anda mulai merasa takut kehilangan kedudukan atau pekerjaan Anda. Ini berarti Anda telah “dimiliki” oleh uang. Ini akan menghilangkan kebebasan Anda dalam mengungkapkan kebenaran.
Pandangan kita terhadap uang pun perlu kita telaah lebih jauh. Kita seringkali berpikir secara terbalik yaitu: have -> do -> be. Maksudnya, kita berusaha memiliki lebih banyak uang (have) agar kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan (do), dan mengira kalau itu tercapai akan membuat kita lebih bahagia (be). Padahal, yang perlu kita lakukan adalah sebaliknya, yaitu be -> do -> have. Jadi, seharusnya yang pertama adalah menjadi diri sendiri (be), lalu melakukan apa yang harus dilakukan (do) agar dengan begitu kita memiliki apa yang kita inginkan (have).

*Alumnus Akidah Filsafat, IAIN Yogyakarta
You can leave a response, or trackback from your own site.

0 Response to "Uang, Godaan Yang Menggiurkan"

Post a Comment